Teori Perkembangan Kognitif menurut Maria Montessori

Bismillahirrahmaanirrahiim, 
Tulisan Teori perkembangan kognitif menurut Maria Montessori merupakan materi dari mata kuliah Pengembangan Kognitif, Kreativitas, dan Bahasa yang saya kutip dari Lenny Nuraeni, S.Pd., M.Pd, Prodi Pendidikan Guru-PAUD STKIP Siliwangi Bandung.



TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT MARIA MONTESSORI-



A. Identitas Maria Montessori
Maria Montessori lahir di Chiaravalle,ltalia Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama yang mendapat gelar Doctor of Medicine, Montessori seperti yang dikutip oleh Soejono (1988 77-102) sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah lulus dari kedokteran, ja bekerja diklinik Psikiater Universitas Roma.
Dari perkerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak
yang menyandang cacat mental, Montessori banyak menemukan
ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih khusus lagi diperuntukan bagi anak dibawah lima tahun.
Montessori membuat "sekolah" pertamanya di daerah kumuh
Roma pada tahun 1907, sekolah ini disebut Casa dei bambini yang artinya rumah anak. Sekolah tersebut dipersiapkan untuk anak cacat mental. Pada tahun 1909, Montessori menerbitkan buku tentang Scientific Pedagogy as Aplied to Child Education in the Children's House, sebagai wujud nyata dari minatnya yang begitu besar terhadap pendidikan anak. 

Secara perlahan pemikiran
Montessori berkembang di beberapa negara Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya tetapi ada juga yang menentang
pemikirannya. Pada tahun 1915, Montessori mendirikan sekolah
Word Exhibition di San Fransisco, Amerika. la juga mendirikan gerakan Montessori di India yang terus berkembang hingga saat ini. Semasa hidupnya banyak dihabishkan untuk penelitian dan juga banyak penghargaan diterimanya berkenaan dengan prestasinya.

Montessori meninggal di Belanda 1952 pada usia 81 tahun, dan digantikan oleh putranya sebagai  direksi Association Montessori International yang berkantor pusat di Amsterdam

B. Pandangan Montessori
Menurut Montessori, perkembangan anak prasekolah
atau tK sebagai suatu preses yang berkesinambungan. Ia juga
Mengatakan bahwa presepsi anak tentang dunia merupakan
Dasar dari ilmu pengetahuan. Menurut Montessori pendidikan
Merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan
Disiplin pribadi, kemandirian, dan pengarahan diri.
teori ini tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ahil yang
lain yaitu Rousseau dan Pestaozzi yang menekankan pada pentingnya kondisi ingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang.

Montessori mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan
mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan, Masa ini juga masa yang palng penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuh kan oleh anak.
Oleh karena itu, baik dan tepat bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui, memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data yang holistik yang dapat memberikan
berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak usia dini sampai mereka dewasa (SLTA).

Berkaitan dengan perkembang an anak usia dini, Montessori
yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda. dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan.

Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih
sesuatu. Sensitive periods adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu.

Apabila anak yang sedang mengalami masa ini dicegah
untuk menikmati pengalaman pengalaman ini yang dipadu secara alamiah itu,maka kemampuan-kemampuan yang seharusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjut nya.

Masa sensitif anak menurut Montessori di bagi menjadi beberapa bagian;
1. Sensitivity to Order (Kepekaan Keteraturan)

Masa ini terjadi pada anak usia 0-3 tahun, masa ini adalah masa
penyerapan total perkenalan dan pengalaman panca indera
sensorik.
2.Sensitivity to Language (Kepekaan Bahasa)
Masa ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun, pada masa ini makna kata atau simbol kemampuan anak menangkap dan bahasa, lengkap dengan gramatikannya.
3. Sensitivity to Walking (Kepekaan Berjalan)
Masa ini terjadi pada anak usia 1,2-1,5 tahun, masa ini adalah
masa penyempurnaan gerakan kaki dan berjalan dengan kokoh.
4. Sensitivity to The Social Aspect of Life (Kepekaan Terhadap Kehidupan)
Masa ini terjadi pada anak usia 3-6 tahun, pada masa ini anak
menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari teman
kelompoknya.
5. Sensitivity to The Small Object (Kepekaan Terhadap Detail)
Masa ini terjadi pad usia 2,5- 6 tahun, masa ini adalah masa
penyempurnaan penggunaan panca indera, dimana anak
menaruh perhatian pada objek-objek kecil.
6. Sensitivity Leraning Through The Sense (Kepekaan Terhadap
Belajar). Masa ini terjadi pada usia 4-6 tahun, pada masa ini
anak telah siap menerima pelajaran dan memahaminya dengan akal sehatnya.

Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh
pendidkan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah
(menahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang.
pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam
pandidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati
(kepakaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan
keterampilan. Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa
untuk usia dini bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegialan-kegiatan yang disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di "taman",
Bagaikan keluarga yang sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman.
Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di' sekelah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat

C. Penerapan Pandangan Montessori
Dalam metode pendidikan Montessert ada beberapa aspek
pendidikan yang merupakan prinsip metode pendidikan Montessori
yaitu:
1. Aspek pentingnya kebebasan (Concept of freedom)
Metode pendidikan Montessori menekankan pentingnya
kebebasan. Karena hanya dalam nuansa atau iklim yang bebaslah anak dapat menunjukkan dirinya kepada kita. Kita bertanggung jawab dalan membantu per-kembangan fisik mereka, oleh karena itu kita harus menyediakan ruang yang bebas dan terbuka. Kunci terjadinya perkembangan yang optimal adalah kebebasan, Montessori mengatakan, "Real freedom is a concequence of development yaitu kebebasan sejati adalah suatu konsekuensi dari perkembangan. Montessori mengatakan, "Jika anak di hadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka untuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka pertumbuhan alami anak akan terbuka dalam kehidupan mereka"
Melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas, maka anak akan memperoleh kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri.
Mereka akan menyadari segala konsekuensi atas apa yang
Anak lakukan baik terhadap dirinya maupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap batasan-batasn realistis,mereka akan belajar tentang apa saja yang membuatnya atau orang lain merasa puas atau sebaliknya merasa kosong dan tidak puas atau kecewa. Peluang untuk mengembangkan pengelahuan diri (self-knowle ige) inilah yang merupakan hasit penting dari kebebasan yang kita ciptakan dalam kelas Montessori.

2. Aspek stuktur dan keteraturan (Structure and order).
Sruktur dan keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas. Dengan demikian anak akan
mengintermalisasinya dan akhirnya membangun mental dan inteligensinya sendiri terhadap lingkungan. Melalui keteraturan anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif.
Hanya dalam lingkungan yang dirancang dengan tepat dan
benar, anak dapat mengkategorisasikan persepsinya yang pada
akhirnya nanti akan membentuk pemahaman mereka yang benar terhadap realitas dunia.
3. Aspek realistis dan alami (Realistis and nature)
Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip relitas dan kealamian. Anak harus memiliki kesempatan untuk menginternalisasikan keterbatasan alam dan realistis supaya mereka terbebas dari sikap berangan-angan (fantasy) atau ilusi baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Dengan cara ini mereka mengembangkan disiplin diri dan keamanan yang dia perlukan untuk menggall dunia ekstemal dan internal mereka dan untuk menjadikan mereka pengamat realistis hidup yang aktif dan apresiatif. Alat bemain dan lingkungan dalam kelas Montessori didasarkan atas konsep realistis.
Sebagal contoh, anak dihadapkan dengan telepon yang sebenamya, gelas sebenanya, setrika, pisau dan lain-lain. Semuanya adalah benda sebenarnya. Jadi, dalam konsep pendidikan Montessori, segala sesuatunya harus dirancang sedemikian rupa agar sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor maupun outdoor.
4. Aspek keindahan dan nuansa (Beauty and nuance)
Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada
didalamnya harus memiliki desain dan kualitas yang baik. Tema wama harus menunjukkan kegembiraan. Nuansa ruangan harus terkesan santai dan hangat sehingga mengundang anak untuk bebas berpartisipasi aktif.
5, Aspek alat bermain Montessori (Montessori Materials)
Yang dimaksud dengan Montessori Materials di sini adalah bukan semata-mata alat bermain. Tapi semua benda yang ada dalam lingkungan. Tujuan dari semua benda itu bukan bersifat ekstenal untuk mengajar anak keterampilan. Tapi tujuannya adalah bersifat internal yang membantu perkembangan fisik dan pembangunan diri anak.

Benda-benda atau alat-alat bermain harus membantu
pembentukan internal anak. Oleh karenanya benda atau alat
bermain tersebut harus sesuai dengan kebutuhan internal anak. Artinya, benda-benda dan alat-alat bermain tersebut harus
disajikan atau diberikan pada situasi yang sesuai dengan
perkembangan mereka. Montessori menyebutkan beberapa prinsip dalam penggunaan benda dan atau alat bermain dalam kelas Montessori sebagai berikut: alat bermain harus memiliki tujuan dan .bermakna bagi anak, menunujukan perkembangan
dari sederhana ke rumit dalam desain dan penggunaannya, di
rancang untuk menyiapkan anak secara tidak langsug untuk
belajar kedepan dimulai dari
yang konkrit ke yang abstrak,
memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Berdasarkan teorinya Montessori, membebaskan setiap anak belajar menurut tempo dan materi yang dipilihnya sendiri dan ditentukan berdasarkan kemapuan dan minatnya.

Demikian penjelasan mengenai perkembangan kognitif menurut Maria Montessori, semoga bermanfaat khususnya bagi saya sebagai pendidik Anak Usia Dini dan berusaha untuk mengimplementasikannya dalam pembelajaran.


Belum ada Komentar untuk "Teori Perkembangan Kognitif menurut Maria Montessori"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel