Teori Conectionism Thorndike trial and error

Bismillahirrahmaanirrahiim, 
Sahabat, teori conectionism trial and error adalah teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike. Teori belajar ini tentunya dapat bermanfaat bagi saya khususnya sebagai tenaga pendidik anak usia dini.

Teori Conectionism (Thorndike)

Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini
setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka per buatan yang kebetulan cocok itu kemudian"dipegangnya". 

Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Sebagai contoh kami kemukakan di sini percobaan Thorndike dengan seekor kucing yang dibuat lapar dimasukkan kedalam kandang. Pada kandang itu dibuat lubang pintu yang tertutup yang dapat terbuka jika suatu pasak di pintu itu tersentuh. Di luar kandang diletakkan sepiring makanan (daging).

Bagaimana reaksi kucing itu? Mula-mula kucing itu bergerak
ke sana ke mari mencoba-coba hendak ke luar melalui berbagai jeruji kandang itu. Lama kelamaan pada suatu ketika
secara kebetulan tersentuhlah pasak lubang pintu oleh salah
satu kakinya. Pintu kandang terbuka, dan kucing itupun
keluarlah menuju makanan.

Percobaan diulang lagi. Tingkah laku kucing itupun pada mulanya sama seperti pada percobaan pertama: Hanya waktu yang diperlukan untuk bergerak kesana-kemari sampai dapat terbuka lubang pintu, menjadi makin singkat. Setelah diadakan percobaan berkali-kali, akhirnya kucing itu tidak perlu lagi kian kemari mencoba-coba, tetapi langsung menyentuh pasak pintu dan terus keluar mendapatkan makanan.

Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
1) trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan),
2) law of effect; yang berarti bahwa segala tingkah laku yang
berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok
dengan tuntutan situasi) akan düngat dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya.

Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat tertentu, pada binatang juga pada manusia.

Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia)
sebagai mekanismus; hanya bergerak/bertindak jika ada pe-
rangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu.
Dalam kehidupan sehari-hari law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan/ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam pendidikan ialah hal memberi penghargaan/ganjaran dan itulahbyang lebih dianjurkan.

Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku/reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasilnya (effect). Karena
adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.

Kelemahan dari teori ini ialah:
Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan
otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun
banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak
selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi
secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.

Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka
antara stimulus dan respons. Sehingga yang dipentingkan
dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus-menerus. Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, maka "pengertian" tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan "pengertian" sebagai unsur yang pokok dalam belajar.

Demikian tulisan tentang teori trial and error yang saya kutip dari buku Psikologi Pendidikan karangan Ngalim Purwanto, semoga bermanfaat khususnya bagi saya sebagai pendidik anak usia dini supaya lebih meningkatkan kompetensi sebagai guru PAUD. Terimakasih.

Belum ada Komentar untuk "Teori Conectionism Thorndike trial and error"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel