Perkembangan Psikososial Anak

Perkembangan Psikososial Anak-

Konsep perkembangan psikososial dikembangkan oleh ahli bernama Erikson, sekitar tahun 1963 dalam bukunya berjudul Childhood and Society, Konsep Erikson ini dibagi menjadi 4 macam yaitu tahap perkembangan, tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapannya, krisis psikososial dan proses koping (mengatasi stres dan masalah).

Tahap perkembangan psikososial oleh Erikson dibagi menjadi 8 tahapan, namun yang berada pada rentang usia anak
hìngga remaja ada 5 tahapan. Pada setiap tahapannya anak harus menyelesaikan tugas perkembangannya karena jika tidak tahapan perkembangan selanjutnya dapat menjadi terganggu.

Berikut ini akan dijelaskan satu per satu tahapan tersebut:

1. Trust versus mistrust pada usia bayi (0-1 tahun)
Pada tahapan ini bayi belajar untuk bergantung pada peng-
asuhnya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Ibu atau
pengasuh bayi yang memberikan kehangatan, kasih sayang, serta perawatan yang baik akan mendapatkan kepercayaan (trust) dari bayi.

Sebaliknya bila ibu/pengasuh bayi tidak dapat memenuhi
kebutuhannya akan kasih sayang ataupun kebutuhan fisik
seperti makan dan minum, maka bayi menjadi tidak percaya (mistrust) pada ibu/pengasuhnya. Oleh karena itu, pada fase ini sangat dianjurkan untuk membentuk ikatan yang kuat dengan bayi khususnya bagi orang tua bayi, agar bayi merasakan nyaman dan percaya pada orang tua.

2. Autonomy versus shame & doubt pada usia toddler (1-3 tahun)
Pada usia ini anak belajar untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri dengan bantuan orang tua. Anak sebaiknya diajarkan cara-cara memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, toileting, berpakaian, dan kemampuan lainnya.


Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pa-
da anak untuk belajar melakukan kegiatan tersebut sendiri,sehingga rasa otonomi (autonomy) dan kemandirian anak dapat berkembang.
Namun bila orang tua tidak mengajarkan kemampuan ter-
sebut dengan baik atau tidak memberikan kesempatan pada
anak untuk belajar melakukan kemampuan tersebut, kemung-
kinan besar anak akan membangun perasaan malu (shame) dan ragu-ragu (doubt) pada tahap perkembangan selanjutnya.

3. Initiative versus guilt pada usia prasekolah (4-5 tahun)
Pada usia prasekolah, kemampuan motorik (gerak) dan bahasa anak sudah mencapai tahapan yang optimal, sehingga anak mulai untuk mengembangkan kemampuan untuk belajar dan bereksplorasi terhadap hal-hal baru. Pada usia ini anak sudah memiliki inisiatif (initiative) untuk belajar hal-hal baru, sehingga bila kemampuan ini didukung oleh orang tua, kemampuan inisiatif anak dapat berkembang dengan baik.
Sebaliknya, jika orang tua cenderung sering melarang atau
menyalahkan anak setiap kali belajar hal-hal baru, anak akan
cenderung menjadi ragu-ragu dan merasa bersalah (guilt) bila
akan melakukan sesuatu hal
baru.

4. Industry versus inferiority pada usia sekolah (6-12 tahun)
Anak usia sekolah cenderung berfokus pada kemampuan
untuk menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Anak akan
belajar bagaimana caranya menyelesaikan suatu tugas yang
diberikan padanya dengan baik dan sempurna. Apabila anak diberi penghargaan atau penguatan saat tugasnya diselesaikan dengan baik, anak akan lebih terpacu untuk menyelesaikan tugas atau bahkan membangun sesuatu
(industry). Namun bila tidak ada penghargaan terhadap apa
yang sudah diselesaikannya, maka anak akan merasa rendah
diri atau inferior (inferiority) dan menjadi malas dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

5. Identity versus role confusion pada usia remaja (13-18 tahun)
Seiring dengan perubahan yang terjadi pada ciri fisik akibat perubahan hormonal, remaja juga mulai belajar untuk mengenali siapa dan keinginan pada dirinya. Bila pada prosesnya remaja memperoleh bimbingan serta lingkungan yang kondusif, remaja akan lebih memantapkan
identitas dirinya (identity) dan mulai memahami keinginan-
keinginan dalam dirinya. Namun apabila tidak ada yang membimbing dan lingkungan pergaulannya tidak kondusif, dapat terjadi kebingungan identitas dan peran (role confusion).

Sumber:
Andin Sefrina, 2013, Deteksi Minat Bakat Anak, Yogyakarta,Media Pressindo

Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Psikososial Anak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel