Konsep Dasar Pendidikan Karakter

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER

"
Kita sering bertanya apa sebenarnya pendidikan karakter itu?Apa bedanya dengan pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan kepribadian, atau bahkan pendidikan agama?
Penulis kira pendidikan karakter memang tidak jauh berbeda dengan apa yang telah disebutkan tersebut. Bahkan,
tidak jarang yang menganggap pendidikan karakter sebagai pendidikan akhlak atau moral. Tentu, pendapat ini tidak salah karena memang pendidikan karakter mengajarkan kepada kita tentang nilai-nilai kebajikan dan kebenaran. Tetapi juga tidak bisa dikatakan benar begitu saja, harus dilakukan pemahaman dan peninjauan ulang kembali.

Untuk dapat mengetahui makna yang sesungguhnya mengenai
pendidikan karakter, tentu dibutuhkan penjelasan dan pembahasan mendalam. Tidak hanya sebatas pada pengertian, tetapi sampai pada tujuan, manfaat, dan prinsip-prinsip pelaksanaannya. Dengan memahami berbagai konsep dasar tersebut, kita akan jauh lebih mudah dalam memaknai dan mengaplikasikan pendidikan karakter yang sesungguhnya. Maka dari itu, pada bab ini kita akan sama-sama mempelajari dan mengenal lebih jauh mengenai konsep dasar pendidikan karakter. Istilah pendidikan karakter muncul ke permukaan pada akhir-akhir ini, setelah terjadi degradasi moral yang melanda bangsa Indonesia.

Meskipun kalau ditelusuri lebih jauh, sebenarnya pendidikan karakter ini sudah ada sejak dahulu. Hanya saja trennya baru bermunculan saat ini. Dimulai pada saat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan kata-kata karakter dalam pidatonya. Bermula dari sinilah, akhirnya Kemendiknas membuat kebijakan baru, yaitu memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran

A. Makna Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, terambil dari dua suku kata yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini mempunyai makna
Sendiri-sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan tersebut, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik.

Pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, yang
dasarnya educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti
Mengembangkan dari dalam; mendidik; melaksanakan hukum Kegunaan. Ada pula yang mengatakan bahwa kata education berasal dari bahasa Latin educare yang memiliki konotasi melatih atau menjinakkan (seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi
semakin jinak sehingga bisa diternakkan), dan menyuburkan (membuat tanah lebih menghasilkan banyak buah berlimpah karena tanahnya
telah digarap dan diolah). Menurut konsep ini pendidikan merupakan proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata; semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun diri orang lain.?

Dalam pengertian tersebut, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan. Pendidikan berarti proses pengembangan
berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia, seperti
kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik, dan daya-daya seni.
Berbeda dengan pendapat di atas, pendapat lain mengemukakan bahwa dalam bahasa Yunani, istilah pendidikan merupakan terjemahan dari kata paedagigie yang berarti pergaulan dengan anak-anak.

Sementara orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah ini diambil dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin). Oleh karenanya, menurut pendapat ini pendidikan diartikan sebagai suatu bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun ruhani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya.
Meskipun dari segi istilah memiliki perbedaan-perbedaan dalam memaknai pendidikan, pada prinsipnya sama, yaitu bagaimana seorang dewasa memberikan bimbingan, pengarahan, atau yang lainnya

Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya manusia dewasa untuk mencapai kedewasaan.
Manusia dewasa yang dimaksud ialah seorang pendidik, guru atau pembimbing. Sementara manusia belum dewasa ialah peserta didik, siswa, atau yang terbimbing. Dengan demíkian,
proses pendidikan dimaksudkan untuk mendewasakan anak.

Sejalan dengan itu, menurut Fazlur Rahman sebagaimana dikutip oleh Sutrisno, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan sebenarnya adalah untuk mengembangkan manusia agar semua
diperolehnya akan menjadi organ keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan menciptakan keadilan, kemajuan dan keteraturan dunia.

Menurut konsep di atas, pendidikan dipahami sebagai upaya untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik diberikan kebebasan untuk berekspresi sebagaimana
Potensi dan bakat yang dimilikinya. Guru bertugas sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan perkembangan peserta didiknya
Pendidikan harus mengarahkan pada keaktifan peserta didik; siswa dijadikan sebagai subjek pembelajaran, bukannya objek pembelajaran.
Demikianlah pendidikan yang memanusiakan manusia.

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama."

Dalam konsep Islam, sebagaimana disebutkan oleh Muzayin Arifin, bahwa hakikat pendidikan lalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya'. Definisi pendidikan dalam hal ini diarahkan kepada pertumbuhan dan perkembangan fitrah peserta didik. Fitrah
di sini diartikan sebagai kemampuan dasar atau potensi-petensi yang ada pada diri anak.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
pendidikan pada intinya ialah suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh orang dewasa (pendidik)
kepada anak-anak (peserta didik) guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Demikian sekilas mengenai pengertian pendidikan. Selanjutnya, kita uraikan mengenai apa itu karakter? 

Secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu karasso yang berarti cetak biru, format dasar, dan sidik seperti sidik jari. Dalam hal ini, karakter diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya." Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sananya. Sementara
orang yang memiliki karakter lemah ialah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa menguasainya."

Pendapat lain menyebutkan bahwa karakter berarti to mark
(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dalam kontek ini, karakter erat kaitannya dengan personality atau kepribadian seseorang. Adapula yang mengartikannya sebagai identitas diri seseorang.

Sementara menurut Kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan uraian Pusat Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak." Bila mengacu pada pengertian ini, karakter memiliki arti yang sangat luas. Kesemuanya itu erat kaitannya dengan segala bentuk tingkah laku seseorang dalam kehidupan kesehariannya.

Fasli Jalal menyebutkan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang
khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkrhidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri
dan terejawantahkan dalam perilaku. Sementara menurut Suyanto dalam tulisan bertajuk "Urgensi Pendidikan Karakter" sebagaimana dikutip oleh Zubaedi, dijelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara."

Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu
1. moral knowing (pengetahuan moral)
2. moral feeling (perasaan moral),
3. moral behavior (perilaku moral). 

Karakter yang baik terdiri dari:
1. pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), 
2. keinginan terhadap
kebaikan (desiring the good), 
3. berbuat kebaikan (doing the good).
Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran (habits of the mind), pembiasaan dalam hati (habits of the heart), dan pembiasaan
dalam tindakan (habits of the action). 
Dalam konteks kebangsaan, pembangunan karakter diorientasikan pada tiga tataran besar, yaitu
(1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, 
(2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.

Menurut Fakry Gaffar, pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupanvorang itu.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa dalam
pendidikan karakter paling tidak mencakup transformasi nilai-nilai kebajikan, yang kemudianditumbuhkembangkan dalam diri seseorang (peserta didik), dan akhirnya akan menjadi sebuah kepribadian, tabiat maupun kebiasaan dalam bertingkah laku sehari-hari.

Selain itu, pendidikan karakter dapat diartikan pula sebagai
usaha sadar (sengaja) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, melainkan pula untuk masyarakat secara
keseluruhan. 
Sejalan dengan itu, David Elkind dan Freddy Sweet menambahkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja atau sadar untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti." Dari pengertian ini dipahami bahwa pendidikan karakter sifatnya ialah universal. Maksudnya nilai-nilai
yang ditanamkan tersebut harus mampu dirasakan oleh semua orang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen;
kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai
dengan kodratnya."

Selanjutnya, Raharjo sebagaimana dikutip Zubaedi memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam
kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan." Lebih
jauh, Sri Judiani mengemukakan bahwa pendidikan karakter ialah
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada pesertadidik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan kreatif.

Dari pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa pokok utama
pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagamaan. Dengan pendidikan karakter
ini diharapkan akan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran disetiap langkah kehidupan.


Sumber:
Muhammad Fadillah,2013, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Yogyakarta,AR RUZZ MEDIA

Belum ada Komentar untuk "Konsep Dasar Pendidikan Karakter"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel