Johan Heinrich Pestalozzi

JOHAN HEINRICH PESTALOZZI 


Johan Heinrich Pestalozzi ialah seorang ahli pendidikan Swiss yang hidup antara 1746-1827. Ia telah menjadi anak yatim sejak umur lima tahun. Kemudian ia dibesarkan dalam kemiskinan oleh ibu dan pembantunya. Meskipun hidup dihimpit kemiskinan, Pestalozzi masih sempat menikmati pendidikan. Ia memperoleh pendidikan di sekolah dasar dan sekolah termasuk Collegium Carolinum. Di perguruan tínggi la membaca


karya-karya Rousseau dan menulis pelbagai karangan yang
menyangkut masalah-masalah polítik maupun sosial pada sebuah majalah-majalah terkenal di kampusnya.

Jauh sebelum menekuni dunia pendidíkan, Pestalozzi membuka usaha pertanian yang kemudian gagal. Setelah gagal dari pertaniannya, ia mengubah lokasi atau tempat usahanya menjadi sebuah rumah dan sekolah dasar untuk anak-anak petani miskin di sekitar tempat tínggalnya. Walaupun murid-muridnya mencatat kemajuan dan keberhasilan yang pesat, tetapi sekolah tersebut harus ditutup pada tahun 1780 karena kekurangan dana. Dalam usaha sosial ini, Pestalozzi kehilangan modalnya sendiri serta warisan dari istrinya.

la hanya bisa mempertahankan rumahnya sendiri karena bantuan dari teman-temannya. Satu-satunya sumber penghasilan Pestalozzi adalah uang bayaran yang kadang-kadang diterimanya dari hasil tulisannya tentang pendidikan atau sosial di salah satu majalah milik temannya.

Pada tahun 1774, Pestalozzi menulis sebuah catatan terperinci tentang metode  pengajaran dalam mendidik anaknya berumur tiga tahun sesuai dengan prinisip-prinsip pendidikan yang terdapat dalam karya Rousseatu yang berjudul Emile. Ketika juga la mengambil keputusan untuk menekuni menulis sebuah karier.

Namun, keputusannya tersebut tidak bertahan lama karena ternyata tulisannya tidak banyak diminati orang, Akhirnya, pada tahun 1798, Pestalozzi menerima sebuah tawaran sebagai guru di biara orde Ursuline di Stans, Programnya menitikberatkan pada pelajaran alam, darmawisata dan penghafalan yang digabungkan dengan kegjatan-kegiatan anak secara spontan, pelajaran tentang benda benda, dan pekerjaan tangan lainnya.

Pestalozzi dan anak-anak biara orde Ursuline menghabiskan
waktu sehari-hari dengan penelitian, penghafalan, bercakap-cakap bekerja dan belajar dalam kelompok. la mendorong agar murid-murid yang lebih dewasa dan lebih pandai membantu mengajari ansk-anak yang lebih kecil dan kurang bisa.

Semua anak diperhatikan, dihormati, dan ditolong untuk mengembangkan kemampuan atau bakat jasmani maupun rohani, keterampilan, dan rasa cinta terhadap orang.

Dikatakan pula oleh Pestalozzi, bahwa setiap anak ingin menyatakan peñdapatnya secara bebas, melatih kemampuan jasmani maupun rohaninya, dan ingin belajar dari alam, teman-temannya, orang tuanya, guru dan pengalamannya.
Menurut Pestalozzi ketika anak-anak di rumah, sosok ibu mampu membuat mereka patuh pada ucapannya, mencontoh tingkah lakunya dan belajar serta tumbuh dengan cara-cara yang dicontohkan itu pula. Atas dasar ini, Pestalozzi berkesimpulan bahwa ibu adalah guru yang baik bagi anak kandungnya (Aswardi Sudjud, 1997).

Seorang guru yang baik akan mengikuti cara-cara seorang ibu
dalam mendidik anaknya. Jadi suasana rumah serta suasana
sekolah yang baik akan menciptakan masyarakat yang baik pula. Berbekal dari pengalamannya menjadi penulis lepas dari berbagai media dan guru pada biara orde Ursuline di Stans, mengantarkan Pestalozzi menjadi tokoh besar dalam dunia pendidikan yang memiliki pengaruh cukup luas. Pengalaman-pengalaman praktis-empiris diteoritisasikan sehingga menjadi karya-karya yang mengagumkan. Salah satu teori Pestalozzi yang terkenal adalah pandangannya tentang pembawaan anak.
Ia berpandangan bahwa anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Selanjutnya, ia mengemukakan bahwa masing-masing tahap tumbuh-kembang anak haruslah tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada tahap berikutnya. Permasalahan yang muncul dalam tahap perkembangan akan menjadi hambatan bagi anak tersebut dalam menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya,
Dan hal ini akan memberikan efek negatif pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya (Aswardi Sudjud, 1997).

Di samping itu, Pestalozzi juga berpandangan bahwa segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pada pengaruh panca indra dan melalui pengalaman-pengalaman tersebut potensi-potensi yang
dimiliki anak dapat dikembangkan. Pestalozzi percaya cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman, seperti: menghitung, mengukur, merasakan, dan menyentuhnya.

Ia memandang bahwa segala usaha yang dilakukan oleh orang dewasa harus disesuaikan dengan perkembangan anak menurut kodratnya karena pendidikan hakikatnya adalah suatu usaha pemberian pertolongan agar anak dapat menolong dirinya sendiri di kemudian hari. Jika pemikiran Pestalozzi di atas dibandingkan dengan pemikiran John Locke dan Jean Jacques Rousseau, pemikiranPestalozzi merupakan sintesis di antara keduanya. John Locke menekankan tipe pendidikan disiplin melalui kebiasaan-kebiasaan moral. Jean Jacques Rousseau menekankan pendidikan secara
alamiah melalui hubungan-hubungan alam, kebebasan dan contoh moral, sedangkan Johan Heinrich Pestalozzi menggabungkan kedua tipe tersebut dalam teori dan praktik pendidikannya.

Dalam upaya menerapkan ajaran-ajaran Rousseau dan John Locke, Pestalozzi menghubungkan anak-anak dengan alam dan kebebasan berkehendak, bereksplorasi dengan alam dan benda-benda sekitar. Atas dasar ini, Pestalozzi menyatakan bahwa yang terpenting adalah pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu atau cacat, di samping anak-anak para bangsawan seperti yang dianjurkan Locke dan Rousseau karena hal tersebut merupakan jalan terbaik untuk memberantas
kejahatan dalam masyarakat.

Selanjutnya, metode pengajaran Pestalozzi didasarkan pada
pandangan umum tentang pengetahuan yang harus dimulai dari suatu pengertian, pengamatan dan hubungan dengan alam dimana kesemuanya itu merupakan pengalaman sebagai pengganti
kata-kata atau buku. Oleh karena itu, anak harus dibimbing oleh seorang guru yang penuh perhatian terhadapnya. Pestalozzi mengajarkan pula bahwa pendidikan harus berdasarkan pada psikologi anak karena setiap anak membutuhkan bimbingan secara psikologis dalam memilih benda atau gejala alam yang akan mereka amati (Aswardi Sudjud, 1997).

Dengan demikian, pandangan Pestalozzi tentang pendidikan anak usia dini dapat disimpulkan bahwa anak harus aktif untuk dapat menolong atau mendidik dirinya sendiri. Selain itu perkembangan anak berlangsung secara teratur dan maju setahap demi setahap.
Hal ini berimplikasi pada pembelajaran yang harus maju secara teratur selangkah demi selangkah. Di samping itu, Pestalozzi memandang bahwa keluarga merupakan embrio atau cikal-bakal pendidikan yang pertama sehingga ibu atau orang tua berfungsi sebagai guru pertamanya karena kasih sayang yang diperoleh anak
dalam lingkungan keluarganya akan membantu mengembangkan Potensinya, khususnya potensi emosi. Dalam pandangan Pestalozzi kecintaan yang diberikan ibu kepada anaknya akan memberikan
pengaruh terhadap keluarga, serta menimbulkan rasa terima kasihbdalam diri anak. Pada akhirnya, rasa terima kasih tersebut akan menimbulkan kepercayaan anak terhadap Tuhan (Aswardi Sudjud,1997). 

Dari uraian tersebut, nampak bahwa Pestalozzi menghendaki
bentuk pendidikan yang harmonis dan seimbang antara jasmani, rohani, sosial, moral, dan agama.

Sumber:
Suyudi dkk, 2012, Konsep Dasar PAUD, Bandung,PT REMAJA ROSDA KARYA


Belum ada Komentar untuk "Johan Heinrich Pestalozzi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel