Intelijensi

Bismillaahirramaanirrahiim,
Orang berpikir menggunakan pikiran (intelek-nya). Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan intelijensinya. Dilihat dari intelijensinya
kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali/cerdas (genius) atau pandai/dungu (idiot). Tulisan ini merupakan penjelasan tentang intelijensi yang saya kutip dari buku Psikologi Perkembangan Karangan M. Ngalim Purwanto.

INTELIJENSI-

1. Apakah Intelijensi Itu?

Intelijensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.

William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut:
Intelijensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.

William Stern berpendapat bahwa intelijensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelijensi seseorang. Juga Prof.Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakan bahwa menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelijensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berpikir hanya diartikannya, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah baik.
Dalam pada itu pendapat-pendapat baru membuktikan bahwa intelijensi pada anak-anak yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat. Juga kenyataan membuktikan bahwa daya pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.
Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:

a. Intelijensi itu ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya turut mempengaruhi intelijensi seseorang).

b. Kita hanya dapat mengetahui atau perbuatannya yang tampak. Intelijensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung, melalui "kelakuan intelijensinya".

c. Bagi suatu perbuatan intelijensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting. Faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.

d. Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.

2. Percobaan Kohler tentang Intelijensi

Dalam penyelidikannya tentang intelijensi, Kohler mengadakan eksperimen-eksperimen dengan hewan. Seekor simpanse (semacam beruk yang besar) dikurung di dalam kandang. Di luar kandang itu ditaruh sebuah pisang yang tidak terjangkau oleh binatang itu. Di dalam kandang itu terdapat sebatang tongkat. Terlihat oleh Kohler bahwa simpanse itu berbuat demikian: la menjangkau pisang itu tetapi tangannya tidak sampai; lama ia menengok nengok sekelilingnya, seolah-solah seperti gelisah; tampak olehnya sebatang tongkat. Diraihnya pisang itu dengan tongkat, dimakannya pisang itu, tongkat itu dilemparkannya.

Setelah percobaan itu dipersukar (dengan menggunakan dua buah tongkat yang bisa disambungnya), ternyata hanya seekor simpanse saja yaitu: si "Sultan" yang terpintar. la dapat mencapai pisang itu dengan menghubungkan kedua tongkat itu. Percobaan itu dilanjutkan:
Sekarang pisang itu digantungkan di atas kandang (di langit-langit). Di dalam kandang itu diletakkan sebuah peti kosong.
Bagaimana dilakukan simpanse itu? Ia melompat-lompat berusaha mencapai pisang itu, tetapi tidak terjangkau karena tingginya.
Setelah berkali-kali ia berbuat demikian dan ternyata sia-sia
saja, ia duduk, seolah-olah termenung. la melihat ke kiri dan kekanan. Sekonyong-konyong melompatlah ia ke arah peti di sudut kandang itu. Ditariknya peti itu ke bawah pisang yang tergantung di langit-langit (cara menemukan "alat" dengan sekonyong-
konyong oleh simpanse itu, oleh Kohler disebut "Aha erlebnis"
yang berarti "penghayatan Aha"). Dengan melompat ke atas peti itu dapatlah simpanse itu mencapai pisang itu.

Percobaan-percobaan demikian diteruskan oleh Beberapa ekor simpanse dan menggunakan beberapa alat. Dalam percobaan-percobaan tersebut ternyata ada seekor simpanse yang diberi nama Sultan tadi, yang dapat menyusun dua buah peti dalam usahanya mencapai pisang itu.

Dari percobaan-percobaan yang dilakukan Kohler dengan
Simpanse itu kita dapat menarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
- Pada kera (simpanse), terutama si Sultan telah terdapat permulaan "alat" (tongkat dan peti). Hanya bedanya dengan manusia, alat itu tidak disempurnakan, tidak disimpan dan tidak pula kera itu mencari-cari alat itu.
- Manusia dapat "menemukan" alat. Bagi manusia tiap-tiap
benda diubah-ubah fungsinya sesuai dengan kebutuhan atau
maksudnya. Peti bisa untuk tempat barang-barang, atau tempat duduk, atau untuk tangga dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena manusia itu mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat menanggapi, mengingat, berpikir. Tanggapan,
ingatan, fantasi, dan sebagainya adalah faktor yang penting dalam perbuatan intelijensi.
- Dapatkah beberapa hewan menanggapi sesuatu? Beberapa eksperimen antara lain dengan simpanse membuktikan bahwa memang beberapa jenis hewan dapat menangkap sesuatu.
Tetapi makin rendah harkat hewan itu, makin sedikit yang
dapat ditanggapinya, makin kabur tanggapan-tanggapan itu makin sebentar berlangsungnya. Demikian pula ingatannya.
- Antara intelijensi manusia dan binatang terdapat perbedaan yang besar. Sebagai perbedaan yang pertama dan terpenting
ialah karena 'manusia memperoleh bantuan yang besar yang berupa bahasa.

3. Apakah Ciri-ciri Perbuatan Intelijen?

Suatu perbuatan dapat dianggap intelijen bila memenuhi beberapa syarat antara lain:

a. Masalah yang dihadapi Banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. Umpama ada soal: "Mengapa api jika ditutup dengan sehelai karung bisa padam? Ditanyakan kepada anak yang baru bersekolah dapat menjawab dengan
Betul maka jawaban itu intelijen. Tetapi jika pertanyaan itu dijawab oleh anak yang baru saja mendapat pelajaran Ilmu Alam tentang api, hal itu tidak dapat dikatakan intelijen.

b. Perbuatan intelijen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.

c. Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan, Ada suatu masalah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan atau menjawabnya, hampir
tiada berpikir, sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat. Jawaban anak itu intelijen.

d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.

e. Dalam berbuat intelijen seringkali menggunakan daya mengabstraksi, Pada waktu berpikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan.

f. Perbuatan intelijen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.

g. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

4. Faktor-faktor Apakah yang Mempengaruhi Intelijensi Seseorang?

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelijensi, sehingga terdapat perbedaan intelijensi seseorang dengan yang lain ialah:


A. Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.

B. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia
pertumbuhan dan perkembangan.

C. Pembentukan : Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelijensi
(pengaruh alam sekitar)

D. Minat dan pembawaan yang khas : Minat mengarahkan per
buatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.

E. Kebebasan : Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelijensi.

Semua faktor tersebut di atas bersangkut paut satu sama
lain. Untuk menentukan intelijen atau tidaknya seorang
anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut di atas. Intelijensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelijensi seseorang.

Sumber :
Purwanto Ngalim, 1992, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Belum ada Komentar untuk "Intelijensi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel