Tahapan dan tugas Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalaamu'alaikum Wb. Wb.
Penjelasan tentang perkembangan moral ini saya kutip dari materi kuliah yang diberikan oleh dosen hebat saya ibu Dian, terimakasih materinya semoga bermanfaat khususnya bagi saya sebagai pendidik anak usia dini, dan teman-teman.

Tahapan dan tugas Perkembangan Moral Anak Usia Dini


Moral berasal dari bahasa Latin : “mores” yang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Istilah moral  selalu terkait dengan kebiasaan, aturan, atau tatacara suatu masyarakat tertentu, termasuk nilai-nilai agama yang dipegangnya.
Perilaku moral merupakan perilaku  manusia yang sesuai dengan harapan, aturan, kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu, perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial (Hurlock,1991)

Dua Ahli yang menjelaskan bagaimana perkembangan moral pada anak yaitu :
Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg

Jean Piaget

Bagaimana seseorang berpikir tentang benar –salah merupakan hal yang menjadi perhatian Piaget. Ketertarikannya tentang bagaimana anak berpikir mengenai isu moral  membuat Piaget (1932) secara ekstensif mengamati dan mewawancarai anak-anak dari usia 4 sampai 12 tahun. Piaget mengamati anak-anak yang bermain kelereng untuk mengetahui  bagaimana mereka menggunakan dan memikirkan aturan permainan, dia juga menanyakan tentang isu etis ; --mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.

Tahapan cara berpikir moralitas anak menurut Piaget

Tahap pertama, usia 4-7 tahun anak menunjukkan moralitas heteronom, Anak berpikir bahwa keadilan dan peraturan  adalah properti dunia yang tidak bisa diubah dan tidak dikontrol oleh manusia.
Usia 7-10 tahun, anak berada dalam masa transisi menunjukkan sebagian ciri-ciri tahap pertama perkekmbangan moralitas heteronom dan sebagian cirri dari tahap kedua, moralitas otonom

Usia 10 tahun ke atas, anak menunjukkan moralitas otonom, mereka sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, mereka mulai mempertimbangkan niat dan juga konsekuensinya.

Karena anak kecil adalah moralis yang heteronom, mereka menilai kebenaran atau kebaikan perilaku  berdasarkan konsekuensinya, bukan niat dari pelaku, contohnya, bagi moralis heteronom memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk dibandingkan dengan memecahkan 1 gelas dengan sengaja. Ketika anak mulai berkembang ke tahap moral otonom, aspek niat mulai lebih dipertimbangkan

Pemikir heteronom percaya bahwa aturan tidak bisa diubah, dan diturunkan oleh sebuah otoritas yang maha kuasa. Hal ini berkaitan dengan tahap perkembangan kognitifnya yang dalam fase pra operasional formal.
Pemikir heteronom juga percaya immanent justice, sebuah konsep bahwa ketika peraturan dilanggar, maka hukuman akan langsung mengiringi pelanggaran tersebut. Anak kecil percaya pelanggaran terhubung langsung secara otomatis dengan hukumannya.

Bagaimana perubahan dalam cara berpikir moral ?

Piaget percaya bahwa ketika anak berkembang, mereka dapat berpikir lebih rumit mengenai masalah sosial. Pemahaman sosial ini terjadi melalui interaksi saling memberi dan menerima dalam hubungan teman sebaya (peer group), dan hubungan orang tua dan anak.

Lawrence Kohlberg

Lawrence Kohlberg, seorang psikolog yang tertarik dengan teori Piaget, Tahun 1958 menyelesaikan S3 nya dengan desertasi “ The Development of modes of thinking and choice in the year 10 to 16 “ (yang merupakan landasan teori perkembangan moralnya).
Kohlberg berpendapat bahwa ketika anak dilahirkan belum membawa aspek moral dan bahwa aspek moral merupakan hal yang berkembang dan dikembangkan.

Seperti halnya Piaget, Kohlberg menekankan bahwa car berpikir tentang moral berkembang dalam tahapan yang bersifat universal.
Pandangan Kohlberg tentang moral berdasarkan hasil wawancara unik terhadap anak selama 20 tahun.
Kohlberg menggambarkan 3 tingkatan penalaran tentang moral, yang di setiap tingkatnya memiliki 2 tahapan.

Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg

Seperti halnya Piaget, Kohlberg menekankan bahwa car berpikir tentang moral berkembang dalam tahapan yang bersifat universal.
Pandangan Kohlberg tentang moral berdasarkan hasil wawancara unik terhadap anak selama 20 tahun.
Kohlberg menggambarkan 3 tingkatan penalaran tentang moral, yang di setiap tingkatnya memiliki 2 tahapan.

Tahapan pertama: Penalaran Prakonvensional (baik dan buruk diinterpretasi kan melalui reward dan punishment eksternal.

Tahap 1. 
Moralitas heteronom: orientasi pada kepatuhan.
Tahap 2. 
Individualisme, tujuan instrumental dan pertukaran, pada tahap ini  individu memikirkan kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar, dan berlaku juga untuk orang lain. Mereka berpikir apabila mereka baik terhadap orang lain, maka orang lain pun akan baik terhadap mereka.
Penalaran Konvensional, pada tahap ini individu memberlakukan standar tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah.
Tahap 3. 
Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain dan konformitas interpersonal, pada tahap ini individu menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai dasar penilaian moral.
Tahap 4
Moralitas sistem sosial, pada tahap ini penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban.

Tahapan kedua: Penalaran Pascakonvensional, ini tingkat tertinggi dari teori Kohlberg, dimana individu menyadari adanya jalur moral alternatif, mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutuskan berdasarkan kode moral personal (bukan didasari oleh standar moral orang lain).
Tahap 5 
Kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. (Individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau lebih luas daripada hukum).
Tahap 6
Prinsip Etis Universal, adalah tahapan tertinggi dalam perkembangan moral menurut Kohlberg. Pada tahap ini seseorang telah mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara hukum dan hati nurani, seseorang menalar bahwa yang harus diikuti adalah hati nurani, meskipun keputusan itu dapat memberikan risiko.

Baik Piaget maupun Kohlberg percaya bahwa hubungan dengan teman sebaya adalah bagian terpenting dari stimulasi sosial yang akan memberikan tantangan bagi anak untuk mengembangkan penalaran moral mereka.
Hubungan memberi dan menerima yang bersifat mutual dengan teman sebaya, memberikan kesempatan bagi anak untuk mengambil peran dan memberikan anak kesempatan merasakan bahwa peraturan dibuat dengan cara yang demokratis.

Dryden (dalam Rakhmawati, 2002) juga menyatakan pentingnya mengajarkan moral sejak usia dini sebab lima puluh persen kemampuan belajar seseorang dikembangkan pada empat tahun pertamanya . 
Berk (2006:480) menyatakan perilaku moral diperoleh dengan cara yang sama dengan respon-respon lainnya, yaitu melalui modeling dan penguatan. 

Melalui pembelajaran modeling pada anak usia dini akan terjadi internalisasi berbagai perilaku moral, prososial dan aturan-aturan lainnya untuk tindakan yang baik.


Belum ada Komentar untuk "Tahapan dan tugas Perkembangan Moral Anak Usia Dini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel