Perihal Lupa

Bismillahirrahmaanirrahiim, 
Sahabat tulisan kali ini adalah perihal lupa, setiap orang pasti mengalami lupa, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kita lupa terhadap sesuatu yang pernah kita alami, tulisan ini saya kutip dari buku Psikologi Pendidikan karangan M. Ngalim Purwanto. 

Lupa-

Pengalaman sehari-hari menunjukkan kepada kita, bahwa tidak semua yang telah kita alami dan kita pelajari melekat dalam ingatan kita. Seringkali terjadi, justru yang telah kita pelajari dengan sungguh-sungguh sukar diingat dan mudah dilupakan;
sedangkan yang kita alami/pelajari secara sepintas lalu, lama melekat dalam jiwa kita dan tidak pernah dilupakan. Apakah yang menyebabkan kita lupa terhadap sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari?
Dahulu banyak orang berpendapat bahwa lupa itu terutama disebabkan oleh lamanya waktu antara terjadinya pengalaman dengan terjadinya proses ingatan. Karena telah lama maka mudah dilupakan. Akan tetapi setelah diadakan penyelidikan lebih lanjut oleh para ahli psikologi, ternyata bahwa pendapat tersebut tidak benar. Sekarang orang lebih cenderung untuk menerima bahwa lupa itu tergantung kepada:
I) apa yang diamati,
2) bagaimana situasi dan proses pengamatan itu berlangsung
3) apakah yang terjadi dalam jangka waktu berselang itu
4) bagaimana situasi ketika berlangsungnya ketika ingatan itu.
Keempat faktor tersebut berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Tidak selalu bahwa yang telah lama kita alami mudah menjadi lupa. Banyak orang- orang tua yang justru dapat mengingat dan menceriterakan pengalaman-pengalaman masa kecilnya dengan jelas dan teratur, daripada orang-orang yang baru menginjak setengah umur. (Mengapa?). Belum tentu pula bahwa sesuatu yang menyenangkan lebih lama kita ingat daripada sesuatu yang tidak menyenangkan. Kadang-kadang justru pengalaman yang sangat menyedihkan lebih berkesan dalam jiwa kita, sehingga tidak pernah/sukar dilupakan.

Dalam hubungan ini perlu kiranya dikemukakan di sini, bahwa sifat lupa yang ada pada setiap manusia itu tidak selamanya merugikan. Ada kalanya lupa itu memberi kebaikan kepada kita. Cobalah bayangkan betapa berat penderitaan yang akan dialami manusia jika ia tak dapat melupakan peristiwa-peristiwa sedih dan ngeri atau kesengsaraan yang mungkin pernah dialami dalam hidupnya.

Demikianlah, masalah lupa bukanlah masalah waktu;bukan soal jarak waktu antara pengamatan dan ingatan, melainkan masalah kejadian-kejadian atau gangguan-gangguan tertentu di dalam jiwa manusia. 
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kita lupa terhadap sesuatu yang pernah dialami.

Pertama, karena apa yang dialami itu tidak pernah diguna-
kan lagi, atau tidak pernah dilatih/diingat lagi. Sesuatu yang
tidak pernah digunakan/diingat lagi lama kelamaan dilupakan.
Hukum ini disebut law of disuse yang berasal dari Thorndike.
Pendapat ini didasarkan atas eksperimen-eksperimen yang
dilakukan terhadap he wan.

Kedua, lupa dapat juga disebabkan oleh adanya hambatan. hambatan yang terjadi karena gejala-gejala/isi jiwa yang lain.
Seorang profesor, ahli dalam ilmu hewan, dan mahir mempelajari nama-nama ikan dalam bahasa Latin. Ia ingin me
ngetahui dan hafal nama-nama mahasiswanya. Akan tetapi
aneh; setiap ia hafal nama salah seorang mahasiswa ia lupa
akan sesuatu nama ikan. Dari contoh ini jelas kiranya, bahwa
pelajaran/isi jiwa yang satu dapat mendesak/menghambat
(inhibition) pelajaran/isi jiwa yang lain. Retro-active inhibition
ini seringkali terjadi jika bahan-bahan yang dipelajari banyak
persamaannya. Maka dari itu, tidak baik mencampur-adukkan
pelajaran-pelajaran dalam pikiran kita waktu belajar. Karena akan saling menghambat/merintangi satu sama lain.

Ketiga, ialah lupa yang disebabkan karena represi. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang lain ditekan ke dalam ketidaksadaran oleh Das Uber-Ich atau Superego. Karena selalu
mengalami tekanan itu maka lama-kelamaan menjadi lupa.
(Ingat psikoanalisis dari Freud).

Biasanya tanggapan-tanggapan yang selalu ditekan kedalam ketidaksadaran itu ialah tanggapan-tanggapan yang
tidak baik/yang merugikan kita, yang bersifat asusila/amoral
dan asosial.

Demikian penjelasan perihal lupa, semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Perihal Lupa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel