Cara-cara Belajar yang Baik

Bismillahirrahmaanirrahiim, 

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah
soal yang mudah. Faktor tersebut bisa yang ada didalam diri orang itu sendiri, maupun faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Tulisan ini akan menjelaskan tentang cara belajar yang baik, tulisan ini saya kutip dari buku Psikologi Pendidikan karangan M. Ngalim Purwanto.

Cara-cara Belajar yang Baik-

Untuk menjawab pertanyaan: "Bagaimana cara-cara belajar
vang baik?", banyak eksperimen yang telah dilakukan oleh para
ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan percobaan yang dilakukan, sekian banyak pula jawaban yang dikemukakan.
Namun, di antara jawaban-jawaban yang heterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan.

Dr. Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method)
Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian- bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku.
Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut,
urutan bab-babnya dan sub bab masing-masing. Dari gambaran
keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada
bagian-bagian atau bab-bab tertentu yang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.

b. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method)
Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti meng-
hafal syair, membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya. Untuk bahan-bahan
yang bersifat nonverbal, seperti keterampilan, mengetik,
menulis, dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.

c. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method)
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau yang sukar-sukar, seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.

d. Metode resitasi (recitation method)
Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan
kembali (sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat
digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal
maupun nonverbal. Di dalam mata kuliah Metodologi Penga-
jaran metode resitasi ini disebut "metode pemberian tugas
Yang berarti bahwa pemberian tugas itu bermaksud agar siswa diharuskan mengulangi pelajaran yang telah dipelajari
atau diajarkan.

e. Jangka waktu belajar (length of practice periods)
Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu
(periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik,
mengerjakan soal hitungan, dsb. adalah antara 20-30 menit.
Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang
benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif.
Jangka waktu tersebut di atas tidak berlaku bagi mata
pelajaran yang memerlukan 'pemanasan' pada permulaan
belajarnya seperti untuk belajar sejarah, geografi, ilmu filsafat,
dsb. Di samping itu, kita harus ingat pula bahwa besarnya
minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat
memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin
lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih
lama lagi.

f. Pembagian waktu belajar (distribution of practice periods)
Dari berbagai percobaan telah dapat dibuktikan, bahwa
belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama
tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Oleh karena itu, untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar. Dalam hal ini "hukum Jost" masih tetap diakui kebenarannya. Menurut hukum Jost tentang belajar,
30 menit 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif
daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa ber-
henti.
g. Membatasi kelupaan (counteract forgetting)
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai lekas lupa
atau hilang sama sekali, dalam belajar perlu adanya "ulangan"
atau review pada waktu-waktu tertentu atau setelah/pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. Guna review atau
ulangan ini ialah untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.

h. Menghafal (cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat
menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-
bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang
relatif singkat seperti misalnya belajar untuk menghadapi
ujian-ujian semester atau ujian akhir. Namun, metode ini
se benarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi
segera setelah ujian selesai.

i. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan
Kita mengenal ungkapan quick learning means quick for-getting. Di dalamnya terdapat korelasi negatif antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu. Hasil-hasil eksperimen yang pernah dilakukan tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut. Untuk bahan pelajaran yang kurang mempunyai arti, mungkin generalisasi itu tepat dan benar. Akan tetapi, untuk bahan-bahan pelajaran yang lain tidak dapat dipastikan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor.

j. Retroactive inhibition
Kita telah mengetahui dari beberapa teori belajar yang telah dibicarakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang di
dalamnya terdapat asosiasi dan interrelasi antara berbagai
pengalaman yang kemudian membentuk pola-pola pengertian atau pengetahuan yang terorganisasi di dalam diri kita. Asosiasi dan interrelasi itu terjadi karena hasil pengulangan-pengulangan yang teratur, karena adanya hubungan-hubungan berlanjut
di dalam waktu dan ruang, karena intensitas stimulasi, karena mempunyai hubungan struktural yang logis, dan sebagainya.
Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu, di dalam
diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaitan
satu sama lain, bahkan sering pula yang satu mendesak atau
menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi, pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain pada waktu terjadi
proses berpikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan
dari suatu unit pengetahuan tertentu terhadap unit yang lain
sehingga terjadi kesalahan dalam berpikir.

Retroactive inhibition ini dapat terjadi baik pada pelajaran-
pelajaran yang bersifat verbal seperti sejarah, bahasa, ilmu
ekonomi, dan sebagainya, dan dapat pula terjadi dalam
pelajaran-pelajaran yang nonverbal seperti mengetik, bermain piano, menjahit, bermain tenis, dan sebagainya.
Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive
inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencam pur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam
suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaati secara
teratur.

Demikian penjelasan mengenai cara-cara belajar yang baik sesuai dengan teori para ahli. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Cara-cara Belajar yang Baik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel