Makna Bermain anak-anak dalam Islam

Makna Bermain anak-anak dalam Islam

Dalam konsep Islam bermain sangat dianjurkan oleh Rasullullah Saw. Bahkan setiap orangtua hendaknya sellau menyempatkan diri bermain bersama anak-anaknya. Selain sebagai wujud kasih sayang, juga untuk melatih anak berkretifitas dan melatih fisiknya supaya menjadi kuat serta lincah. Menurut ratna, dengan bermain, otot-otot anak akan bekerja maksimal, metabolism tubuh meningkat, dan perkembangan otot lebih bagus.

Nabi Muhammad Saw, sering bercanda dan bermain-main bersama anak-anak. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau sering menggendong hasan dan Husain diatas punggung beliau, kemudian bermain kuda-kudaan. Beliau sering memasukkan sedikit air ke mulut beliau, lalu menyemburkannya ke wajah Hasan, hingga Hasan pun tertawa.

Dalam riwayat lain, Umar bin Khatab r.a. pernah berjalan dengan tangan dan kedua kakinya(merangkak), sementara anak-anaknya bermain-main diatas punggungnya. Umar berjalan membawa mereka seperti layaknya seekor kuda. Ketika orang-orang masuk dan melihat khalifah mereka dalam keadaan seperti itu, merekapun berkata, “Engkau mau melakukan hal seperti ini, wahai amirul mukminin?” Umar menjawab, “tentu!”
Kedua riwayat diatas menggambarkan bahwa setiap orangtua hendaknya slalu menyempatkan diri untuk bermain bersama anak-anaknya. Selain itu dapat pula dimaknai bahwa dalam mendidik putra-putrinya hendaknya diselingi dnegan berbagai permainan sehingga anak merasa senang dan nyaman ketika mengikuti proses pembelajaran. 

Bermain merupakan kebutuhan seorang anak yang wajib dipenuhi. Bila tidak terpenuhi kebutuhan tersebut, maka ada yang kurang dalam kehidupannya dan akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Menurut Maslaw sabagaimana dikutip oleh Muhammad Anis, kebutuhan pokok manusia dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenjang. Berikut ini teori kebutuhan yang dikeperkenalkan oleh Maslaw :
1. Kebutuhan jasmani (biologis)
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan rasa kasih sayang dan resonansi sosial
4. Kebutuhan akan pengakuan harga diri
5. kebutuhan aktualisasi diri

Dalam konteks ini, bermain termasuk kebutuhan jasmani atau biologis> Artinya bermain adalah kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, anak akan merasa senang, nyaman dan selalu dalam kebahagiaan. Selainitu dengan bermain, jasmani anak akan menjadi sehat dan bugar sehingga akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Setiap anak mempunyai kebutuhan untuk mengaktualisasikan hal yang ada pada dirinya. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, anak akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri dalam kehidupannya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan menuntun anak menjadi manusia kerja, bukan sekedar manusia yang pandai bicara.

Maka dari itu, tidak heran kiranya bila Islam memandang bermain sebagai sesuatu yang amat penting bagi anak-anak. Bahkan, Rasullullah Saw, pun selalu menyempatkan diri bermain dengan anak-anak. Berikut beberapa hadist yang menunjukkan bahwa rasulullah Saw suka bermain dengan anak-anak:

Dari Abdullah bin Harits, r.a dia berkata:”Raullullah Saw pernah menyuruh Abdullah, Ubaidillah dan Katsir yang merupakan putra-putra Abbas untuk berbaris, lalu beliau bersabda’Barangsiapa yang lebih dulu sampai kepadaku, maka ia mendapatkan ini.’ Mereka pun berlomba-lomba untuk segera sampai ditempat Rasulullah saw, lalu diantara mereka ada yang menempelkan diri dipunggung beliau dan ada pula yang didada beliau. Beliaupun lalu mencium dan memeluk mereka.” (HR. imam Ahmad).

Dari Jabir r.a, dia berkata: “Aku pernah menemui Nabi Saw, lalu kami mendapat undangan jamuan makan, ditengah perjalanan kami mendapati Husain sedang bermain dijalan bersama dengan beberapa anak kecil. Maka, nabi Saw bersegera menuju ke depan rombongan, lalu membentangkan kedua tangan beliau untuk menangkap Husain. Husain punberlarian kesana-kemari. Rasulullah melakukan hal itu dengan maksud untuk mencandainya, hingga beliau dapat menangkapnya. Lalu beliau meletakkan salahsatu tangan beliau di dagu Husain dan tangan beliau yang lain ditengkuknya. Kemudian beliau memeluk dan menciumnya. Setelah itu, Rasulullah saw bersabda:’Husain adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya! Semoga Allah mencintai orang mencintainya. Husain adalah salah seorang dari cucu-cucuku.” (HR. Imam Thabrani)


Daftar Pustaka :
Muhammad Fadillah dkk, 2012. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini; Yogyakarta:Ar Ruzz Media

Belum ada Komentar untuk "Makna Bermain anak-anak dalam Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel